BENANG
2.1 Sejarah Benang
Penemuan benang diawali dengan penemuan
benang sutera, benang
sutra yangdi dapat dari ulat sutera pertama
kali ditemukan oleh ratu Xi Ling-Shi ribuan taun lalu. Ceritanya, suatu hari
ketika Ratu Xi Ling-Shi sedang bertamasya, ia menemukan kepompong ulat sutra.
Karena penasaran, kepompong itupun disentuh dengan jarinya, diapun mencoba menarik selembar
benang yang keluar dari kepompong itu. Dan,sungguh menakjubkan, semakin
dia
tarik benangnya semakin panjang hingga menutupi dan membalut jarinya.
Ratupun berhenti menarik benang karena tangannya terasa panas.
Ketika benang itu habis, ratu melihat
kepompong kecil. Akhirnya dia menyadari bahwa kepompong itu merupakan sumber
benang yang disebut benang sutra. Ratu pun lalu bercerita kepada semua orang,
sehingga penemuan ini dikenal secara luas. Benang tersebut kemudian dipintal
dan dijadikan kain dan ternyata memiliki kualitas bagus. Selain sangat halus,
kain halus kain sutera juga sangat lembut hingga banyak orang yang suka.
2.2 Definisi Benang
Benang adalah susunan seratserat yang
teratur kearah memanjang dengan garis tengah dan jumlah antihan tertentu yang
diperoleh dari suatu pengolahan yang disebut pemintalan. Serat-serat yang
dipergunakan untuk membuat benang, ada yang berasal dari alam dan ada yang dari
buatan. Serat-serat tersebut ada yang mempunyai panjang terbatas (disebut stapel)
dan ada yang mempunyai panjang tidak terbatas (disebut filamen).
Benang-benang
yang dibuat dari serat-serat stapel dipintal secara mekanik, sedangkan benang-benang
filamen dipintal secara kimia. Benang-benang
tersebut, baik yang dibuat dari serat-serat alam maupun dari serat-serat buatan,
terdiri dari banyak serat stapel atau filamen. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh
benang yang fleksibel. Untuk benang-benang dengan garis tengah yang sama, dapat
dikatakan bahwa benang yang terdiri dari sejumlah serat yang halus lebih fleksibel
daripada benang yang terdiri dari serat-serat yang kasar.
2.3 Jenis Benang
2.3.1 Jenis Benang Menurut
Kategorinya
Sebenarnya terdapat beberapa kategori
jenis benang, yaitu : benang dasar, benang hias, benang spiral dan benang berstruktur.
1. Benang
Dasar (Simple Yarns)
Benang dasar adalah jenis yang paling sederhana.
Meskipun benang ini mungkin terbuat dari satu serat yang sama atau serat
campuran, jumlah pilinan pada keseluruhan panjangnya sama dan jenis ini tampak
cukup lembut serta rata. Kain yang terbuat dari benang dasar satu ukuran dengan
kandungan serat yang sama, akan menghasilkan tenunan yang lembut permukaannya
namun kurang bervariasi. Sedangkan benang dasar yang dipilih dengan cara
berlainan, atau benang dasar yamg memiliki kandungan serat berbeda, dapat
dikombinasikan dalam proses menenun untuk menghasilkan kain dengan efek
permukaan yang beragam. Dengan ini, dapat dilakukan berbagai kombinasi sehingga
menghasilkan jenis kain yang bervariasi.
2.
Benang Hias (Novelty yarns)
Benang hias biasanya dibuat berpilin dua, meskipun
terdapat beberapa jenis khusus yang diperoleh dari benang tunggal. Benang
khusus jenis ini dibuat dari dua benangtunggal atau lebih. Benang tunggal pertama berfungsi sebagai“dasar”
atau “inti” dan menjadi tempat membelitnya benang-benang tunggal lainnya.
Benang tunggal kedua akan menciptakan efek-efek khusus. Benang ketiga, menyatukan
kedua benang pertama. Bila benang dasar dibuat halus dan rata, sebaliknya
dengan benang hias dibuat tidak teratur, kadang-kadang tidak rata, agar bisa
menghasilkan kain dengan permukaan dan tekstur yang tidak lazim.
Benang-benang
hias dapat menghasilkan berbagai kain yang menarik, tetapi kain tersebut
biasanya kurang enak dipakai dibanding dengan kain permukaan halus. Ikatan pada
boucle misalnya, mudah robek. Semnetara bagian yang lebih tinggi yang
terbuat dari simpul-simpul tampak lebih using dibanding kain halus bagian
belakangnya. Terdapat banyak variasi pada benang hias, tetapi yang paling umum
digunakan adalah jenis slubbed, looped, dan knotted spiral.
a. Benang
slubbed (slubbed yarns)
Benang slubbed dibuat dengan
mengubah kadar pilih yang digunakan sehingga selembar benang akan tampak lebih
halus. Pada helaian benang, slub dapat dibentuk dalam satu benang,
sementara benang-benang lainnya digunakan untuk menahan slub itu ke bawah.
Benang yang digunakan untuk jenis kain shantung merupakan jenis slubbed dan
permukaannya yang tidak rata dibuat oleh slub benang.
b. Benang
Ikal (looped yarns)
Benang jenis ini dibuat dengan ikatan
penuh pada interval yang teratur. Boucle, merupaka salah satu contoh
benang ikal yang kerap kali digunakan untuk pakaian wanita.
c. Benang
Bersimpul (knotted/nubbed yarns)
Benang semacam ini dibuat dengan
mengatur mesin pemintalnya sehingga mesin tersebut akan melilit benang dengan sendirinya
secata terus menerus di satu tempat, hingga terbentuk suatu simpul. Kadangkala,
benang ini dibuat dengan dua warna, dan simpul yang terjadi hanmya dalam satu
warna. Kain yang ditenun dengan benang dua warna itu akan tampak memiliki
bintik berwarna yang jelas pada dasarnya.
3. Benang
Spiral
Benang spiral
dapat diperoleh dengan memilin dua benang yang memiliki ketebalan berbeda.
Biasanya, benang bermutu memiliki pilinan lebih tinggi dan lebih baik daripada
yang kasar dan benang yang lebih kasar melilit benang yang lebih baik. Berbagai
variasi dapat dilakukan tergantung pada efek yang dikehendaki pada kain yang
akan dibuat.
4. Benang
Berstruktur
Benang
bertekstur umumnya dihasilkan dari serat thermoplastic (serat yang
bentuknya dapat diatur oleh panas, yang diterapkan pada proses pembuatannya).
Serat-serat buatan mampu menyesuaikan diri terhadap panas. Pada bagian
terdahulu telah diuraikan bahwa benang akan melalui proses penyisiran agar
menjadi lurus, sehingga pada saat dibentangkan akan rapi ke satu arah. Pada
benang bertekstur serat-serat justru sengaja diacak, sehingga pada saat
dibentangkan menjadi tidak sama. Benang bertekstur dapat diikalkan pada sati
sisi atau kedua-duanya, digulung, dilipat, atau dikerut atau diolah menjadi
bulu-bulu halus (agar mengembang). Panas yang diterapkan pada titik tertentu
ketika proses pembuatan berlangsung akan menghasilkan tekstur yang dikehendaki
pada benang. Benang bahkan dapat dirajut menjadi kain, yang setelah dipanaskan
lalu ditutup sehingga benang yang dihasilkan akan memiliki bentuk dan akan
mempengaruhi permukaan kain yang dibuat dengan benang bertekstur.
2.3.2 Jenis Benang Menurut Panjang
Serat
Menerut panjang seratnya benang dapat
dibagi menjadi dua jenis yaitu benang stapel dan benang filamen.
1. Benang
Stapel
Benang stapel ialah benang yang dibuat dari
serat-serat stapel. Serat-serat stapel yang berasal dari serat alam dengan
terbatas, yaitu sesuai alamiahnya dan serat stapel yang berasal dari serat
buatan yang dipotong-potong dengan panjang tertentu. Ada
beberapa benang stapel diantaranya :
a.
Benang Stapel Pendek
Benang stapel pendek ialah benang yang
dibuat dari seratserat stapel yang pendek. Contohnya ialah benang kapas, benang
rayon dan lain-lain.
b.
Benang Stapel Sedang
Benang stapel sedang ialah benang yang
dibuat dari seratserat stapel yang panjang seratnya sedang. Contohnya ialah
benang wol, benang serat buatan.
c.
Benang Stapel Panjang
Benang stapel panjang ialah benang yang
dibuat dari seratserat stapel yang panjang. Contohnya ialah benang rosella,
benang serat nenas dan lainlain.
2. Benang
Filamen
Benang
filamen ialah benang yang dibuat dari serat filamen. Pada umumnya benang filamen
berasal dari serat-serat buatan, tetapi ada juga yang berasal dari serat alam.
Contoh benang filamen yang berasal dari serat alam ialah benang sutera. Benang
filamen yang berasal dari serat-serat buatan misalnya :
·
Benang rayon yaitu benang filamen yang
dibuat dari bahan dasar selulosa.
·
Benang nylon yaitu benang filamen yang
dibuat dari bahan dasar poliamida yang berasal dari petrokimia.
·
Benang poliakrilik yaitu benang yang
dibuat dari bahan dasar poliakrilonitril yang berasal dari petrokimia.
Ada beberapa macam benang filamen, diantaranya :
a.
Benang Monofilamen
Benang monofilamen ialah benang yang
terdiri dari satu helai filamen saja. Benang ini terutama dibuat untuk
keperluan khusus, misalnya tali pancing, senar raket, sikat, jala dan
sebagainya.
b.
Benang Multifilamen
Benang multifilamen ialah benang yang
terdiri dari seratserat filamen. Sebagian besar benang filamen dibuat dalam
bentuk multifilamen.
c.
Benang Tow
Tow ialah kumpulan dari beriburibu serat
filamen yang berasal dari ratusan spinnerette menjadi satu.
d.
Benang stretch
Benang stretch ialah benang filamen yang
termoplastik dan mempunyai sifat mulur yang besar serta mudah kembali ke
panjang semula.
e.
Benang Bulk
Benang bulk ialah benang yang mempunyai
sifat-sifat mengembang yang besar.
f.
Benang Logam
Benang logam. Benang filament umumnya
dibuat dari serat buatan, namun disamping itu ada juga yang dibuat dari logam.
Benang ini telah dipergunakan beribu-ribu tahun yang lalu. Benang yang tertua
dibuat dari logam mulia dan benangnya disebut lame. Keburukan dari benang ini
ialah : berat, mudah rusak dan warnanya mudah kusam.
2.3.3 Jenis Benang Menurut Kontruksinya
Menurut kontruksinya benang dapat dibagi
menjadi :
1. Benang
Tunggal
Benang tunggal ialah benang yang terdiri dari satu
helai benang saja. Benang ini terdiri dari susunan serat-serat yang diberi
antihan yang sama.
2. Benang
Rangkap
Benang rangkap ialah benang yang terdiri dari dua
benang tunggal atau lebih yang dirangkap menjadi satu.
3. Benang
Gintir
Benang gintir ialah benang yang dibuat dengan
menggintir dua helai benang atau lebih bersama-sama. Biasanya arah gintiran
benang gintir berlawanan dengan arah antihan benang tunggalnya. Benang yang
digintir lebih kuat daripada benang tunggalnya.
4. Benang
Tali
Benang tali ialah benang yang dibuat dengan
menggintir dua helai benang gintir atau lebih bersama-sama.
2.3.4 Jenis Benang Menurut
Pemakaiannya
Menurut pemakaiannya benang di bagi
menjadi :
1. Benang
Lusi
Benang lusi ialah benang untuk lusi, yang pada kain
tenun terletak memanjang kearah panjang kain. Dalam proses pembuatan kain,
benang ini banyak mengalami tegangan dan gesekan. Oleh karena itu, benang lusi
harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mampu untuk menahan tegangan dan gesekan
tersebut. Untuk memperkuat benang lusi, maka jumlah antihannya harus lebih
banyak atau benangnya dirangkap dan digintir. Apabila berupa benang tunggal,
maka sebelum dipakai harus diperkuat terlebih dahulu melalui proses penganjian.
2. Benang
Pakan
Benang pakan ialah benang untuk pakan, yang pada
kain tenun terletak melintang kearah lebar kain. Benang ini mempunyai kekuatan
yang relatif lebih rendah daripada benang lusi.
3. Benang
Rajut
Benang rajut ialah benang untuk bahan kain rajut.
Benang ini mempunyai antihan / gintiran yang relatif lebih rendah daripada
benang lusi atau benang pakan.
4. Benang
Sisir
Benang sisir ialah benang yang dalam proses
pembuatannya, melalui mesin sisir (Combing machine). Nomor benang ini umumnya
berukuran sedang atau tinggi (Ne1 40 keatas) dan mempunyai kekuatan dan
kerataan yang relatif lebih baik daripada benang biasa.
5. Benang
Hias
Benang hias ialah benangbenang yang mempunyai
corakcorak atau konstruksi tertentu yang dimaksudkan sebagai hiasan. Benang ini
dibuat pada mesin pemintalan dengan suatu peralatan khusus.
6. Benang
Jahit
Benang jahit ialah benang yang dimaksudkan untuk
menjahit pakaian. Untuk pakaian tekstil benang jahit ini terdiri dari
benang-benang yang digintir dan telah diputihkan atau dicelup dan disempurnakan
secara khusus.
7. Benang
Sulam
Benang sulam ialah benangbenang yang dimaksudkan
untuk hiasan pada kain dengan cara penyulaman. Benangbenang ini umumnya telah
diberi warna, sifatnya lemas dan mempunyai efek-efek yang menarik.
2.4 Persyaratan Benang
Benang dipergunakan sebagai bahan baku
untuk membuat bermacam-macam jenis kain termasuk bahan pakaian, tali dan
sebagainya. Supaya penggunaan pada proses selanjutnya tidak mengalami kesulitan,
maka benang harus mempunyai persyaratanpersyaratan tertentu antara lain ialah :
kekuatan, kemuluran dan kerataan.
2.4.1 Kekuatan Benang
Kekuatan benang diperlukan bukan saja
untuk kekuatan kain yang dihasilkan, tetapi juga diperlukan selama proses
pembuatan kain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kekuatan ini ialah :
1. Sifat-sifat
bahan baku dipengaruhi oleh :
a. Panjang
Serat
Makin
panjang serat yang dipergunakan untuk bahan baku pembuatan benang, makin kuat
benang yang dihasilkan.
b. Kerataan
Panjang Serat
Makin
rata serat yang dipergunakan, artinya makin kecil selisih panjang antara
masing-masing serat, makin kuat dan rata benang yang dihasilkan.
c. Kekuatan
Serat
Makin
kuat serat yang dipergunakan, makin kuat benang yang dihasilkan.
d. Kehalusan
Benang
Makin
halus serat yang dipergunakan, makin kuat benang yang dihasilkan.
Kehalusan serat
ada batasnya, sebab pada serat yang terlalu halus akan mudah terbentuk
neps yang
selanjutnya akan mempengaruhi kerataan benang serta kelancaran
prosesnya.
2. Konstruksi
benang antara lain dipengaruhi oleh :
a. Jumlah
Antihan
Jumlah
antihan pada benang menentukan kekuatan benang, baik untuk benang tunggal
maupun benang gintir. Untuk setiap pembuatan benang tunggal, selalu diberikan
antihan seoptimal mungkin, sehingga dapat menghasilkan benang dengan kekuatan
yang maksimum. Kalau jumlah antihan kurang atau lebih dari jumlah antihan yang
telah ditentukan, maka kekuatan benang akan menurun.
b. Nomor
Benang
Jika
benang-benang dibuat dari serat-serat yang mempunyai panjang, kekuatan dan
sifat-sifat serat yang sama, maka benang yang mempunyai nomor lebih rendah,
benangnya lebih kasar dan akan mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada
benang yang mempunyai nomor lebih besar.
2.4.2 Mulur Benang
Mulur ialah perubahan panjang benang
akibat tarikan atau biasanya dinyatakan dalam persentasi terhadap panjang
benang. Mulur benang selain menentukan kelancaran dalam pengolahan benang
selanjutnya, juga menentukan mutu kain yang akan dihasilkan. Benang yang
mulurnya sedikit akan sering putus pada pengolahan selanjutnya. Sebaliknya
benang yang terlalu banyak mulur akan menyulitkan dalam proses selanjutnya.
Kalau panjang benang sebelum ditarik = a (cm) dan panjang benang pada waktu ditarik
hingga putus = b (cm), maka mulur benang tersebut = Mulur pada benang dipengaruhi antara lain oleh
:
a. Kemampuan
mulur dari serat yang dipakai
b. Konstruksi
dari benang
2.4.3 Kerataan Benang
Kerataan Benang stapel sangat dipengaruhi
antara lain oleh :
1. Kerataan
Panjang Serat
Makin halus dan makin panjang seratnya, makin tinggi
pula kerataannya.
2. Halus
Kasrnya Benang
Tergantung dari kehalusan serat
yang dipergunakan, makin halus benangnya makin baik kerataannya.
3. Kesalahan
Dalam Pengolahan
Makin
tidak rata panjang serat yang dipergunakan, makin sulit penyetelannya pada
mesin. Kesulitan pada penyetelan ini akan mengakibatkan benang yang dihasilkan
tidak rata.
4. Kerataan
Antihan
Antihan
yang tidak rata akan menyebabkan benang yang tidak rata pula.
5. Banyaknya
Nep
Makin
banyak nep pada benang yaitu kelompokkelompok kecil serat yang kusut yang
disebabkan oleh pengaruh pengerjaan mekanik, makin tidak rata benang yang
dihasilkan. Serat yang lebih muda dengan sendirinya akan lebih mudah kusut
dibandingkan dengan seratserat yang dewasa.
2.5 Penomoran Benang
Untuk menyatakan kehalusan suatu benang
tidak dapat dengan mengukur garis tengahnya, sebab pengukurannya diameter
sangat sulit. Biasanya untuk menyatakan kehalusan suatu benang dinyatakan
dengan perbandingan antara panjang dengan beratnya. Perbandingan tersebut
dinamakan nomor benang.
2.5.1 satuan-satuan yang digunakan
Untuk
mempermudah dalam perhitungan, terlebih dahulu harus dipelajari satuan-satuan
yang biasa dipergunakan dalam penomoran benang. Adapun satuan-satuan tersebut
adalah sebagai berikut :
Ada
beberapa cara yang dipakai untuk memberikan nomor pada benang. Beberapa negara
dan beberapa cabang industri tekstil yang besar, biasanya mempunyai cara-cara
tersendiri untuk menetapkan penomoran pada benang. Tetapi banyak negara yang
menggunakan cara-cara penomoran yang sama. Pada waktu ini, ada bermacam-macam
cara penomoran benang yang dikenal, tetapi pada dasarnya dapat dibagi menjadi
dua cara yaitu :
·
Penomoran benang secara tidak langsung
dan
·
Penomoran benang secara langsung.
2.5.2 Penomoran Benang Secara Tidak
Langsung
Pada cara ini ditentukan bahwa makin
besar (kasar) benangnya makin kecil nomornya, atau makin kecil (halus)
benangnya makin tinggi nomornya. Penomeran cara Tidak Langsung dinyatakan
sebagai berikut
1. Penomoran
Cara Kapas (Ne1)
Penomoran ini merupakan penomoran benang menurut
cara Inggris. Cara ini biasanya digunakan untuk penomoran benang kapas,
macam-macam benang stapel rayon dan benang stapel sutera. Satuan panjang yang
diguanakan ialah hank, sedang satuan beratnya ialah pound. Ne1 menunjukkan
berapa hanks panjang benang untuk setiap berat 1 pound. Penomeran cara Kapas
dinyatakan sebagai berikut:
Ne1
Penomoran
Cara Worsted (Ne3)
Penomoran
dengan cara ini dipakai untuk benang-benang wol sisir, mohair, alpaca, unta dan
cashmere. Satuan panjang yang digunakan ialah 360 yards, sedang satuan beratnya
ialah pound. Ne3 menunjukkan berapa kali 560 yards panjang benang setiap berat
1 pound. Penomeran cara Worsted dinyatakan sebagai berikut:
3. Penomoran
cara Wol (Ne2/Nc)
Penomoran dengan cara
ini digunakan untuk penomoran jute dan rami. Nc untuk : wol. Satuan panjang
yang digunakan ialah 300 yards, sedangkan satuan beratnya ialah pound. Ne 2
atau Nc menunjukkan berapa kali 300 yards panjang benang untuk setiap berat 1
pound. Penomeran cara Wol dinya takan sebagai berikut:
4. Penomoran
Cara Matrik (Nm)
Penomoran
dengan cara ini digunakan untuk penomoran segala macam benang. Satuan panjang
yang digunakan ialah meter, sedang satuan beratnya ialah gram. Nm menunjukkan
berapa meter panjang benang untuk setiap berat 1 gram. Penomeran cara Metrik
dinyatakan sebagai berikut:
5. Penomoran
Cara Perancis (Nf)
Penomoran
dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang kapas. Satuan panjang yang
digunakan ialah meter, sedang satuan beratnya ialah gram. Nf menunjukkan berapa
meter panjang benang untuk setiap berat ½ gram. Penomeran cara Perancis
dinyatakan sebagai berikut:
6. Penomoran Cara Wol Garu (Ne4)
Penomoran
dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang wol garu dan semacamnya.
Satuan panjang yang digunakan ialah 256 yards, sedang satuan beratnya ialah
pound. Ne4 menunjukkan berapa kali 256 yards panjang benang, untuk
setiap berat 1 pound. Penomeran cara Wol Garu dinyatakan sebagai berikut:
2.5.3 penomoran benang secara
langsung
Cara penomoran ini kebalikan dari cara
penomoran benang secara tidak langsung. Pada cara ini makin kecil (halus)
benangnya makin rendah nomornya, sedangkan makin kasar benangnya makin tinggi
nomornya. Penomeran cara Langsung dinyatakan sebagai berikut :
1. Penomoran
Cara Denier (D atau Td)
Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran
benang-benang sutera, benang filamen rayon dan benang filamen buatan lainnya.
Satuan berat yang digunakan ialah gram, sedang satuan panjangnya ialah 9000
meter. D atau Td menunjukkan berapa gram berat benang untuk setiap panjang 9000
meter. Penomeran cara Denier dinyatakan sebagai berikut:
Penomoran
Cara Tex (Tex)
Penomoran
dengan cara ini digunakan untuk penomoran segala macam benang. Satuan berat
yang digunakan ialah gram, sedangkan satuan panjangnya ialah 1000 meter. Tex
menunjukkan berapa gram berat benang untuk setiap panjang 1000 meter. Penomeran
cara Tex dinyatakan sebagai berikut:
Penomoran
Cara Jute (Ts)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar